Menyikapi Tahun Baru Islam 1434 H

Sebentar lagi kita sebagai umar islam akan memasuki tahun baru islam yaitu pada hari kamis mendatang, saya tahu karena ada info pengumuman di sekolah tempat dimana saya mengabdi bahwa akan ada liburan dalam minggu ini, kalau tidak salah, mulai kamis, jum'at dan di lengkapi hari sabtu sebagai harpitas "Hari terjepit Nasional". Kata temen sih liburan karena adanya peringatan tahun baru hijriah.

Menyikapi Tahun Baru Islam

Jika dalam menyambut tahun baru masehi berbagai kemeriahan, pesta, kembang api dll dilakukan oleh sebagian mereka yang non-islam (orang islam juga banyak merayakan dg berlebihan), apakah perayaan tahun baru islam dalam hal ini menyambut tanggal 1 muharam dilakukan dengan hal-hal demikian? lalu bagaimana dengan do'a awal dan akhir tahun islam?

Amalan Akhir Tahun Islam yang Keliru

1. Doa di Awal dan Akhir Tahun Islam

Seperti yang saya baca dari muslim.or.id, ada beberapa hal yang dibahas mengenai sikap dan prilaku yang dilakukan umat islam dalam menyambut tahun baru islam, termasuk ulasan tentang do'a awal dan akhir tahun.
 
Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau musnad. Bahkan amalan do’a ini hanyalah karangan para ahli ibadah yang tidak mengerti hadits. Yang lebih parah lagi, fadhilah atau keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali, bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Jadi mana mungkin amalan seperti ini diamalkan Dari artikel Kekeliruan dalam Menyambut Awal Tahun Baru Hijriyah — Muslim.Or.Id by null.

2. Puasa Awal dan Akhir Tahun

Hadist yang menjadi dalil orang-orang berpuasa pada awal dan akhir tahun adalah hadist yang berbunyi seperti dibawah ini
“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala menjadikan kafarat/tertutup dosanya selama 50 tahun.”
Apa kata beberapa ulama mengenai hadist ini?
  1. Adz Dzahabi dalam Tartib Al Maudhu’at (181) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya –Wahb bin Wahb- yang meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.
  2. Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) mengatan bahwa ada dua perawi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.
  3. Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan pemalsu hadits.
Pantaskan kita menjadikan hadist yang diragukan ini menjadi hujjah? kalau sebagai penguat dari hadist shahih yang telah ada tentu saja tidak mengapa.
 
Penutup
Lantas, apa yang harus kita lakukan? sudah sepantasnya kita menginstropeksi diri, muhasabah diri dengan bertambahnya tahun, berarti mengurangi jatah umur kita di dunia ini.
 
ditulis ulang oleh azhari,
Sumber : muslim.or.id

No comments:

Post a Comment